Rabu, 27 Agustus 2008

BUAT REMAJA MUSLIM



Pacaran, kuno ?

Sori, dengan judul seperti ini bukan maksud kita mau ngeledekin kamu-kamu yang pacaran, tapi kita mau menertawakan kamu-kamu yang pacaran. Lho, sama aja atuh ya? Jangan bingung begitu deh, karena memang itulah faktanya. Pacaran, adalah aktivitas yang udah kuno. Mungkin bukan saja kuno, tapi sekaligus norak. Bener lho.

Kenapa sih? Islam, sebagai agama �modern� dan mencerahkan pemikiran, selalu memberikan yang terbaik untuk pemeluknya. Misalnya saja, di jaman purbakala, saat manusia terbiasa buligir, alias kagak make sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya, Islam datang menyempurnakan aturan manusia dalam berpakaian. Jilbab salah satunya, adalah ajaran Islam yang memberikan kehormatan kepada kaum wanita dalam berpakaian. Jadi, kalo sekarang masih ada anak puteri yang kagak pake jilbab, itu artinya masih �kagum� dengan kebudayaannya Homo Soloensis dan Pythecantropus Erectus yang masih primitif, alias kuno. Gubrag! (yang tersinggung dilarang bangga) ?

Lha, pacaran apa hubungannya dengan kuno dan modern? Sabar dulu sobat. Begini, sebelum Islam datang sebagai agama penyempurna bagi kehidupan manusia, kehidupan di masa jahiliyah dulu rusak banget. Salah satunya dalam pergaulan. Mungkin, kalo kita mau kejam, seperti dunia binatang. Kok bisa sih? Iya, soalnya hubungan antara pria dan wanita di masa jahiliyah dulu kagak ada aturannya. Main seruduk, main selonong sana selonong sini. Suka-suka aja gitu lho. Waduh!

Sobat muda muslim, itulah sebabnya kenapa kita bilang bahwa pacaran adalah aktivitas kuno dan sekaligus norak. Lihat saja model gaul anak muda sekarang (termasuk paling banyak di antaranya adalah remaja muslim) makin tak terkendali alias liar banget. Kata seorang teman, remaja sekarang dalam bergaul dengan lawan jenisnya menggunakan prinsip 3T; ta�aruf (saling mengenal), taqarrub (saling mendekat), dan tak tubruk (terjemahkan dan tafsirkan sendiri deh, he..he..he..). mentang-mentang saling cinta dan saling sayang, lalu merasa halal aja main elus, main peluk, main tendang, main cekik, dan main banting (smackdown kali yee�? He..he..he..) Jadi, pacaran memang aktivitas yang deket-deket banget dengan z-i-n-a. Naudzubillahi min dzalik!

Benar banget sobat, kita ngeri deh dengan perkembangan gaul remaja sekarang. Remaja yang awam memang paling banyak melakukan aktivitas baku syahwat yang diharamkan Islam ini, but nggak sedikit yang ngakunya anak masjid juga jadi aktivis pacaran. Wackss� kacau-beliau dong? Begitulah�

Hmm�, kamu yang masih pacaran dan lagi seneng-senengnya bermesraan bareng gandengan kamu, pastinya bakalan sutris baca tulisan ini. Mungkin juga tuh sumpah serapah bakalan keluar dalam mulut kamu. Tapi inget sobat, justru lebih parah kalo kagak ada yang mau susah payah ngingetin kita-kita. Sebab, sebagai manusia kita selalu nggak lepas dari kesalahan. Di sinilah perlunya kita saling menasihati dan ngingetin satu sama lain. Tul nggak? Jadi, jangan marah ya kalo kita ngingetin kamu, meski dengan sindiran.

Kenapa sih pada pengen pacaran?
Bener. Kenapa sih kamu-kamu pada pengen ngelakuin pacaran? Apa enaknya pacaran? He..he..he.. jangan bingung dulu Mas, kita coba bantu ngasih bocorannya. Ada beberapa alasan yang bisa kita telusuri di balik maraknya aktivitas ilegal dalam ajaran Islam ini:

Pertama, biar disebut dewasa. Banyak teman remaja yang melakukan pacaran, biar disebut udah dewasa. Maklum aja, aktivitas baku syahwat itu kayaknya ganjil banget kalo dilakukan oleh bocah cilik. Selain ganjil, anak kecil nggak pantes ngelakuin pacaran.

Sobat muda, secara biologis boleh jadi kamu dewasa. Kamu yang cowok udah mimpi basah, tubuhmu udah mulai memproduksi sel sperma, suaramu pun udah berubah jadi berat, udah tumbuh rambut di sana-sini, jakunmu pun mulai kelihatan. Kamu yang puteri, sudah mulai haidh, tubuhmu udah memproduki sel telur, beberapa bagian tubuh mengalami pertumbuhan pesat. Itu secara fisik. Dan itu nggak salah kamu disebut dewasa.

Tapi, ukuran dewasa nggak selalu ditentukan dengan perubahan fisikmu, tapi ditentukan pula dengan cara kamu berpikir dan cara kamu bersikap. Nah, dewasa dalam berpikir dan bersikap harus kamu miliki juga dong. Sebab, banyak orang mengaku udah dewasa, tapi ternyata nggak bisa atau belum bisa berpikir dewasa. Seperti apa sih berpikir dewasa? Kamu berani bertanggung jawab dan bisa menentukan masa depan kamu sendiri. Dengan cara yang benar tentunya. Itu baru dewasa.

Itu sebabnya, kalo kamu menganggap bahwa untuk bisa dikatakan udah dewasa adalah dengan melakukan pacaran, berarti kamu sebetulnya belum bisa dikatakan dewasa, terutama dalam berpikir dan bersikap. Why? Sebab, aktivitas pacaran jelas mendekati zina. Dan itu dosa. Jika kamu masih tetap melakukannya, itu artinya kamu belum tahu arti sebuah kedewasaan. Padahal, orang yang berpikir dan bersikap dewasa, akan lebih hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Nggak asal jalan aja. Tapi penuh perhitungan, bila perlu mengkalkulasi untung-rugi dari sebuah perbuatan yang kamu lakukan. Sebab, itulah yang namanya bertanggungjawab. Lha, yang pacaran? Rata-rata cuma seneng-seneng aja tuh. Berarti nggak punya prinsip dong? Berarti belum dewasa dong? Tepat. Kejam amat ya? ?

Kedua, having fun. Walah, ini juga asal-asalan. Tapi inilah kenyataan yang kudu kita hadapi. Banyak teman remaja yang mengaku bahwa alasan melakukan pacaran sekadar having fun aja. Sekadar bersenang-senang. Nggak punya alasan lain. Barangkali teman remaja yang begitu menganggap bahwa pacaran sekadar hiburan di masa sulit dan obat stres saat menghadapi persoalan hidup.

Bisa jadi, teman-teman remaja yang nggak mendapatkan kasih sayang di rumah, karena kebetulan orangtuanya jarang di rumah, ia nyari kesenangan di luar. Bisa dengan kekasihnya (baca: pacaran), bisa juga lari ke minuman keras dan narkoba. Di rumah sumpek, maka pelampiasan untuk mencari kesenangannya lewat pacaran. Pacaran sering diyakini sebagai obat mujarab untuk menghilangkan stres. Gimana nggak senang, wong, jalan berdua, mojok berdua, bisa curhat, bisa menikmati hidup ini dengan nyaman dan tenang.

Benarkah pacaran selalu memberikan kesenangan? Ternyata nggak tuh. Banyak pasangan yang pacaran justru cek-cok melulu. Belum lagi kalo beda ambisi. Maklum masih pada muda, emosinya masih meletup-letup. Jadi, gimana mau senang-senang jika tiap hari �panas� melulu. Nggak banyak sih yang begitu, tapi tetap, bahwa alasan berpacaran semata untuk having fun, juga nggak dibenarkan. Baik secara hitung-hitungan logika, apalagi hukum syara.

Ketiga, pacar sebagai motivator dan katalisator. Duh, emangnya pacaran sejenis suplemen, pake menambah semangat segala? Tapi itulah yang terjadi. Alasan yang asal-asalan memang. Namun inilah yang juga banyak diakui teman remaja. Ada yang ngedadak jadi getol dateng ke sekolah en rajin belajar. Rela datang lebih awal ke sekolah. Tujuannya, biar bisa berlama-lama dengan sang gacoan. Maklum, kalo di sekolah sang gebetan ada, rasanya muncul semangat untuk belajar. Ah, yang benar nih? Jangan ngigau begitu, ah!

Benarkah pacaran bisa tambah semangat belajar? Naga-naganya sih alasan itu cuma direkayasa. Coba aja kamu pikirin, gimana bisa belajar jadi getol kalo di sekolah aja yang diingetin cuma kekasihnya. Boleh jadi pelajaran yang diikuti di kelas memantul sempurna, karena otaknya udah full dengan memori tentang sang kekasih hati. Lagi pula, yang berhasil jadi juara kelas or juara umum di sekolah bukan karena mereka pacaran. Kalo memang pacaran nambah semangat untuk belajar, harusnya semua yang pacaran tambah pinter, karena belajar terus. Buktinya? Justru yang pacaran selalu bermasalah dalam belajarnya.

Memang sih ada satu-dua yang pacaran tapi prestasinya tetep bagus. Tapi itu bukan jadi alasan lho untuk kamu teladani. Sebab, puluhan, atau mungkin ratusan remaja yang pacaran, justru prestasi akademiknya jeblok. Yang pinter itu pun, karena emang otaknya tokcer banget. Selain memang mereka nggak nafsu-nafsu amat untuk pacaran. Karena doi biasanya lebih mementingkan belajar. Nah lho?

Jadi, emang nggak ada pengaruh secara signifikan sih antara pacaran dan prestasi belajar. Nggak ada. Itu mah, cuma alasan klise alias dibuat-buat aja untuk melegalkan ajang baku syahwat yang dilarang itu. Tapi sejujurnya, pendapat kita neh, yang udah-udah, makin kuat pacarannya, biasanya malah makin malas belajarnya. Ngaku aja deh. (Idih kayak interogasi aja ya? He...he�he..)

Tapi terlepas dari itu semua, entah pacaran itu bisa menumbuhkan semangat belajar atau malah memadamkan semangat belajar, tetep aja perbuatan tersebut haram untuk dilakukan. Karena ukuran manfaat dan mafsadat (keburukan) bukan dinilai oleh kita. Kita, kaum muslim, diajarkan untuk melakukan perbuatan yang ihsan. Jadi, bukan yang terbanyak amalnya yang akan dinilai oleh Allah, tetapi yang terbaik amalnya. Baik niat maupun caranya. Dua-duanya kudu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah Swt.: �...supaya Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.� (TQS al-Mulk [67] : 2)

Seorang ulama yang hidup di masa Abdul Malik bin Marwan, Sa�id bin Jubair, pernah mengatakan: �Tidak diterima suatu perkataan kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai niat, dan tidak akan diterima perkataan, amal dan niat kecuali disesuaikan dengan sunnah Nabi saw.�

Saking pentingnya ihsan dalam beramal ini, Imam Malik mengatakan: �Sunnah Rasulullah saw itu ibarat perahu nabi Nuh. Siapa yang menumpanginya ia akan selamat; sedangkan yang tidak, akan tenggelam.�
Nah, meskipun niatnya bagus untuk menambah semangat belajar (mungkin ikhlas karena Allah), tapi pacaran adalah perbuatan maksiat. Jadi nggak klop tuh. Nah lho?

Menertawakan pacaran
Sobat muda muslim, kalo melihat teman-teman kamu yang pacaran, kita suka geli dan lucu lho. Kita tertawa. Bener. Abisnya, teman remaja yang aktivis berat pacaran adalah tipe manusia yang suka ngakalin gitu lho. Sebab, alasan-alasan utama mereka berpacaran justru semuanya klise. Intinya, semua itu cuma direkayasa untuk melegalkan aktivitas baku syahwat terlarang itu. Bener. Kagak bohong!

Oke deh, singkat kata, bagi kamu yang masih aktif pacaran, segera melakukan pembenahan; putusin aja pacar kamu. Pelajari Islam. Yakinlah, Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat kamu. Nggak usah ragu, jodoh di tangan Allah, bukan di tangan hansip (maksudnya kalo kamu kepergok lagi �begituan� sama hansip, he..he..he..).

Bagi kamu yang belum terjun ke dalam aktivitas ini, hindari segala peluang yang bakal menyeret kamu ke dalam pergaulan bebas ini. Pelajari Islam, sering hadir di majlis taklim, pengajian sekolah dan bertemanlah dengan anak-anak sholeh di sekolah dan lingkungan tempat tinggalmu. Insya Allah itu bakal meredam keinginan kamu terhadap aktivitas gaul bebas yang emang berbahaya dan dosa itu.

Firman Allah Swt: �Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS an-N�r [24]: 30).

Sobat, pacaran adalah salah satu pemenuhan yang salah dari naluri mempertahankan jenis. Sebab, pemenuhan dan penyaluran yang sah menurut Islam adalah dengan menikah. Sabda Rasulullah saw.: �Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung� (HR Bukhari)

Jadi, jangan pada nekat pacaran ya? Pacaran itu nggak ada manfaatnya sama sekali. Kalo pun mungkin ada �manfaat�, tapi itu biasanya cuma diukur dengan penilaian hawa nafsu kita, bukan berdasarkan aturan Allah Swt. Kalo kamu nekat pacaran? Huahaha� udah kuno, norak, dosa lagi. Amit-amit deh. Tinggalin ya..!?

Sisi Gelap Pacaran
Edisi 149/Tahun ke-4 (16 Juni 2003)


Hoyaaaa� lagi mojok berdua neh! He.he.. jangan mendelik dong kalo emang ngelakuin. Bo..abo.. banyak juga neh remaja yang punya prinsip mojok terus, gesek terus, en tempel terus ama gandengannya (idih, emangnya truk?). Hmm� aneh bin ajaib memang. Urusan cinta yang diwujudkan lewat pacaran kadang nggak kenal tempat dan waktu. Kalo udah demen, nyosor terus ampe lupa kanan-kiri. Dunia serasa milik berdua doang. Orang lain mah suruh tinggal di planet senen, eh, planet pluto sekalian.

Saking menjamurnya budaya pacaran, di angkot, di pasar, di kereta, di bus, termasuk di sekolah, mudah kamu jumpai remaja yang saling memadu kasih. Lihat juga di taman kota, di trotoar jalan, termasuk di perpus. Perpus? Nggak salah? Suasananya hening lho buat mojok. Kali aja makin hot! Astaghfirullah�

Udah gitu nggak kenal waktu, bisa siang hari, bisa malam hari. Pokoknya gebet terus sampe pagi. Malam hari banyak juga lho yang sok romantis, pake gantian ngitungin jumlah bintang di langit segala, ngobrol ngalor ngidul di bawah sinar rembulan yang jatuh ke bumi, duh kayak di sinetron jadinya (eh, pas meremas jari pacarnya, ternyata jempol semua! Bukan orang kaliii.. Huhuy kebanyakan nonton Kismis tuh!) ?

Sobat muda muslim, ngomong-ngomong apa sih definisi pacaran? Kalo orang hukum bilang, pacaran adalah kontrak sosial antara laki dan wanita dalam satu ikatan dengan tujuan untuk menikah. Hmm.. bener nggak sih? Buktinya banyak yang cuma main-main doang. Lha iya, anak SD dan SMP udah pacaran, apa mereka mikir mo langsung nikah? Kayaknya, kata orang Betawi mah, � kagak nyaket di otak dah!� Pendek kata, nggak masuk akal, sobat.

Sayangnya, pacaran udah jadi tren lho. Jangan kaget kalo ada remaja yang nggak ngelakuin pacaran, bakalan dicap sebagai kampungan, norak, dan super kuper. Sebaliknya, mereka yang jadian mengikat janji sama pasangannya, dianggap wajar karena tuntutan jaman. Wasyah! Apa nggak kuwalik neh?

Memangnya kalo jaman berubah, kita juga kudu selalu berubah? Nggak lha yauw. Kita lihat-lihat dulu. Kalo itu berubah kepada kebenaran, ya kita ikutin dong. Tapi kalo ngajak berubah untuk berani maksiat, entar dulu. Tahan.
Ngomong-ngomong soal semen, eh, pacaran, kita jadi kepikiran, bener nggak sih pacaran itu halal? Bener nggak sih pacaran itu banyak ruginya? Emangnya kalo udah pacaran kita boleh ngelakuin apa aja dengan pacar kita?

Ta�ruf, Taqarrub, dan ta� tubruk
Remaja sekarang pada pinter ngeles lho.. (yang pinter mah..), pake ngedalil segala. Seolah-olah bakal ditolerir agama dengan dalilnya yang asal-asalan itu. Nggak lha yauw. Saat kamu membanting kartu gaple dengan balak enam sambil menyebutkan, �ini rukun iman�, tentunya bukan berarti main gaple jadi kegiatan yang islami lho. Nggak. Begitu pun dengan pacaran. Jangan mentang-mentang aman aja lho kalo kamu berdalih bahwa deketan sama lawan jenis sebagai bagian dari ta�ruf yang diajarkan agama sambil menyitir ayat tentang diciptakannya manusia dalam kultur dan suku yang berbeda-beda, yang tiada lain adalah untuk saling mengenal. Gubrak!

Jelas salah alamat sobat. Kamu yang pacaran dengan mengaku-ngaku lagi �ta�ruf� kayaknya cuma kedok doang deh. Memangnya kalo pengen kenalan dengan lawan jenis itu kudu nempel terus dan berduaan aja?

Ada teman kamu yang ngelakuin pacaran kok kayaknya seperti udah jadi suami-istri. Nyebutnya aja �mamah-papa�. Itu dilakukan demi mengenal lebih dalam karakter masing-masing. Kata mereka, dengan semakin dekat kita berhubungan, semakin mengetahui kebiasaan pasangannya; mudah marah apa nggak, suka rewel atau justru asyik-asyik aja, kalo makan gembul apa nggak (harus bisa mengontrol jatah beras neh! He..he..he..), kita jadi tahu makanan kesukaannya, ngeh minuman favoritnya, dan sebagainya.

Nah, kalo udah cukup �kenal� luar-dalam, bisa jadi gampang juga untuk deketan. Pengen lebih deket, makin deket, dan deket banget. Nggak heran, awalnya cuma mau temenen, eh, malah demen? Kalo udah kecantol begitu, setiap pasangan jadi nggak ragu untuk membuka diri. Hmm� jangan kaget kalo akhirnya nggak cuma berani kirim SMS or e-mail dong, tapi mulai coba dengan yang lebih iteraktif; nelpon. Bagi mereka yang udah kebelet (emangnya mo buang hajat?), pengennya deketan terus. Dalam kondisi seperti itu, udah berani main ke rumah atau ngajak jalan bareng ke mana mereka suka. Sebab kata orang, cinta terasa makin kuat justru kalo berjauhan. Sebuah kenyataan yang bertolak belakang dengan efek doppler yang justru kekuatannya makin terasa lemah jika saling menjauh (moga kamu inget salah satu kajian dalam ilmu fisika ini).

Sobat muda muslim, hati-hati deh. Kalo udah �ta�ruf� dan pengennya �taqarrub�, sangat boleh jadi akhirnya �ta� tubruk� alias main nyosor terus. Pikirnya, mana ada kucing yang tahan jika mangsanya ngasih peluang. Mana ada yang tahan godaan kalo udah lengket-masket begitu. Bener, pake prinsip manajemen lagi; sedikit bicara banyak bekerja. Nggak ada jaminan deh kalo udah nempel begitu tanganmu nggak gerilya kemana-mana. Yee.. jadinya antara nafsu dan cinta jadi bias. Gubrak, itu namanya peluang untuk saling �menubruk� makin terbuka. Jadi jangan bingung kalo kemudian kamu bisa baca di koran tentang seks bebas remaja ibu kota, juga tentang angka aborsi yang kian meroket, dan menularnya PMS (penyakit menular seksual). Hih, syerem abis!

Ruginya pacaran
Kamu kudu ngeh juga soal yang satu ini. Rugi di akhirat udah jelas. Rugi di dunia juga sebetulnya sejelas siang hari. Cuma, bisa dinetralisir dengan �kenikmatan� yang langsung didapat. Dasar! Pengen tahu lebih detil? Mari kita tunjukkan.

Pertama, pacaran diduga kuat bikin kantong bolong (biasanya untuk anak cowok). Gimana nggak, kamu jadi kudu nyiapin anggaran lebih; selain buat diri kamu, tentunya biar disebut care ama yayang-nya, kalo jalan kudu punya pegangan. Malu dong kalo jalan nggak punya duit. Entar diledekin pake plesetan dari lagunya Bang Iwan Fals, �Jalan bergandengan tak pernah jajan-jajan�� (he..he..). Itu sebabnya, anak cowok kudu nyiapin segalanya buat nyenengin sang pacar. Iya dong, masak makan sendirian kalo lagi jalan bareng? Emangnya pacar kamu obat nyamuk dianggurin aja? So, pastinya kamu bakalan kena �roaming� terus (backsound: rugi dah gua..).

Tapi jangan salah lho, bisa jadi anak cewek juga kudu nyiapin dana (kalo nggak minta ke ortu nodong sama pacarnya�he..he.. teman cowoknya kena juga deh). Buat apa? Huh, tanpa komunikasi, rasanya dunia ini sepi, bro! buat beli pulsa HP, terus sekarang kan jamannya internet, ya untuk chatting atau kirim-kirim e-mail cinta. Huh! Pacaran berat diongkos namanya. Bener-benar terpadu, alias terpaksa pake duit!

Kedua, bisa kehilangan privasi lho. Iya lah, kamu baru bisa nyadar kalo kamu udah putus sama yayang kamu. Betapa kamu waktu itu udah memberikan informasi apapun sama kekasihmu. Rahasia luar-dalam dirimu bisa kebongkar tanpa sadar. Celakanya, banyak pasangan yang akhirnya putus. Nggak ada jaminan kan kalo akhirnya pacarmu cerita sama yang lain setelah putus sama kamu? Atau� bisa juga putus sama kamu karena udah tahu kebiasaan jelek kamu (koor: kasihan deh eluh!..)

Ketiga, menggangu aktivitas produktif. Iya lah. Sebab, pikiran kamu manteng terus ke si dia. Inget terus sama doi. Maklumlah, bagi kamu yang kena �sihir� kasmaran, pastinya inget terus sama doi. Kayaknya nggak rela kalo sehari aja nggak ketemu or denger suaranya. Nggak afdol kalo tiap jam nggak dapetin update info soal doi (emangnya situs berita? He..he�). Persis kayak pelajar yang saban harinya makan sambel melulu, katanya sih bisa bodoh. Lho? Iya, kalo �kerjaan� makan sambel itu membuat doi lupa belajar (he..he..he..). Nah, pacaran disinyalir bisa membunuh produktivitas kamu. Hari libur joss terus sama pacar kamu; ke tempat rekreasi, ke mall, dan sekadar jalan-jalan nggak jelas juntrungannya. Padahal, bisa dipake untuk istirahat or kegiatan bermanfaat seperti olahraga, ngelancarin belajar ngaji, menghadiri kajian keislaman, dsb. Tul nggak?

Padahal hari biasa juga dipake ngedate terus sama gebetan kamu. Kagak ada matinya. Jadi produktivitasnya berubah. Tadinya mantengin pelajaran dan kegiatan bermanfaat lain, pas pacaran jadi mantengin yayang-nya. Apa itu nggak bikin kamu jadi kismin, eh, miskin produktivitas? Aduh, celaka banget deh!

Keempat, rentan untuk sakit hati. Bener. Kegembiraan bisa berubah jadi kesedihan. Maklum, namanya juga baru pacar, belum ada ikatan kuat yang bisa melindungi kamu berdua. Jadinya, gampang banget untuk putus. Cuma soal perbedaan kecil bisa jadi api yang membara. Ujungnya, putus deh. Kalo udah putus cinta, aduh, sakit rasanya. Bener. Perlu kamu pahami, kebanyakan orang berpacaran adalah petualangan. Jadi, bukan untuk melanggengkan ikatan itu, tapi justru masih cari-cari kecocokan. Bahaya!

Kelima, jangan bangga dulu punya pacar yang tampilannya oke punya. Senyuman mautnya bisa menenangkan kamu, sekaligus bikin gelisah. Siapa sudi kalo punya cowok mata keranjang? Nggak bisa teteg di satu hati. Masih nyari penyegaran dengan akhwat, eh, cewek lain. Siapa tahu malah kamu yang jadi �sephia�-nya. Cewek lain justru kekasih sejatinya. Gubrag! (suara satu-suara dua: kasihaaan deh kamu�).

Keenam, beware alias waspadalah! Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya saja, tapi juga karena ada kesempatan (hei! kok kayak Bang Napi sih? He..he..he.). Gaul bebas bisa bablas euy! Kalo kamu udah saling lengket, jangan harap akal sehat kamu dipake untuk mikir bener. Justru kamu malah bimbang dengan �suara-suara� yang ngomporin supaya melakukan �begituan�. Pastinya kamu nggak mau dong kayak kasusnya Eno Lerian yang menikah karena udah hamil duluan; Married by Accident! Naudzubillahi min dzalik!

Tahan nafsu dong...!
Ingat-ingat pesan Allah dan Rasul-Nya. Jangan mengklaim kebenaran dengan ukuran kamu sendiri. Bahaya. Kamu bisa aja ngasih alasan bahwa pacaran adalah menyenangkan. Itu hak kamu. Tapi jangan salah, kalo kebenaran diserahkan kepada semua orang, bisa berabe. Itu sebabnya kudu ada patokan. Apalagi kalo bukan aturan Allah dan Rasul-Nya. Betul? �Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina adalah perbuatan yang tercela dan jalan yang buruk,� (QS al-Isra [17]: 32)

Dari Jabir ra, Rasulullah saw. berkata, �Ingatlah! Janganlah seorang laki-laki menginap di sisi seorang wanita dalam satu rumah, kecuali dia menikahinya atau dia mahramnya.� (HR Muslim)

Dalam sebagian riwayat hadits Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari, bahwa Nabi Saw. bersabda:�Semalam aku bermimpi didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku api, bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk ke dalam tungku. Aku bertanya: �Siapakah mereka itu?� Keduanya menjawab: �Mereka adalah orang-orang yang berzina.� Ih, naudzubillahi min dzalik.

Jadi udah deh, pacaran itu nggak ada untungnya. Banyak sisi gelapnya. Rugi dunia-akhirat lagi. Kalo pun menurut kamu ada untungnya, itu kan baru perasaan kamu aja. Betul? Oke deh, kalo pun itu menyenangkan menurutmu, apa ada jaminan kalo aktivitas kamu bebas dari dosa? Justru, pacaran itu menyenangkan atau tidak menyenangkan buat kamu, tetep aja haram di mata syariat! Jadi, jangan nekatz berbuat dosa. Waspadalah! ?

Tidak ada komentar: